![]() |
Sahabat dan kerabat memberikan penghormatan kepada Hope Carnevali (kiri) dan Omar Moujalled |
Yagobing - Kematian keempat telah dikaitkan dengan darurat ‘hujan badai asma’
di Melbourne pada Senin (22/11) malam. Menteri Kesehatan Negara Bagian
Victoria mengatakan, beruntung tidak ada tambahan korban.
Lebih dari 2.000 warga menderita berbagai gangguan pernafasan ketika
badai parah yang bercampur dengan serbuk sari ektrim memicu apa yang
digambarkan sebagai ‘hujan badai asma’.
Rumah sakit dibanjiri pasien dengan penanganan darurat, sementara
petugas pemadam kebakaran dan polisi dipanggil untuk membantu paramedis
menangani ribuan panggilan, setelah badai menyebabkan masalah gangguan
pernafasan bagi warga Victoria.
Menteri Kesehatan Victoria, Jill Hennessy, mengatakan, kondisi ini
seperti "habis terkena bom", di mana semua ambulans, polisi, pemadam
kebakaran dan transportasi non-darurat dikerahkan untuk menangani krisis
[asma ini]. "Sistem kesehatan kami kewalahan," katanya kepada 774 ABC Melbourne.
"Kami tahu bahwa sejumlah petugas juga ditugaskan di unit perawatan
intensif. Pada satu titik, kami sempat memiliki 140 kasus berkode satu
(darurat), sembari mengatasi pasien lainnya, semuanya [yang ditangani]
adalah pasien serangan jantung atau mengalami gangguan pernafasan
parah," katanya.
Pelajar meninggal dua hari sebelum lulus
Apollo Papadopoulos, 35 tahun, dan Clarence Leo adalah warga
Melbourne terakhir yang dipastikan tewas karena serangan asma. Sementara
itu, warga setempat juga masih berduka cita atas kematian dua korban
lainnya, yakni Omar Moujalled dan Hope Carnevali.
Moujalled, 18 tahun, adalah seorang pelajar di Akademi Internasional
Australia di Coburg Utara, di utara Melbourne. "Dengan duka mendalam dan
berat hati kami memberitahukan kabar kematian Omar Moujalled, salah
satu dari siswa kelas 12 kami. Ia meninggal Selasa malam (22/11) akibat
kondisi medis," demikian tulis sebuah pernyataan di halaman Facebook sekolah.
"Omar adalah seorang pelajar teladan, panutan dan berprinsip, yang
sebelumnya bagian dari tim kapten dan seorang pelajar yang banyak
disukai dan dihormati."
Teman-teman dan keluarga Omar mendonasikan uang untuk kampanye
penggalangan dana pembangunan sebuah sumur untuk menghormatinya. "Pada
21 November 2016, seorang teman, saudara, putra dan teman sekelas kami
meninggal karena serangan asma tragis pada usia 18," tulis Sarah
Baarini, yang merancang kampanye penggalangan dana ini.
“Duka kami bagi keluarga yang ditinggalkan"
Berdasarkan penelusuran ABC, korban kedua dari ‘hujan badai
asma’ ini yaitu Hope Carnevali, mahasiswi Fakultas hukum berusia 20
tahun. Kerabat korban mengatakan kepada 7 News Melbourne, ambulans butuh waktu lebih dari 40 menit untuk tiba [di kediaman korban].
“Mengetahui kematiannya, jika saja ambulan bisa tiba lebih cepat,
situasinya mungkin berbeda, ini situasi yang amat sulit untuk kami
hadapi,” kata tante Hope, Melissa Carnevali.
Teman-teman Hope mengucapkan belasungkawa di akun Facebook
dan mulai melakukan penggalangan dana untuk membantu biaya pemakaman.
“Hati saya berduka bagi seluruh keluargamu, Anda sudah menghadapi banyak
hal dan tetap tersenyum. Saya tidak akan pernah melupakanmu.
Beristirahatlah dengan tenang,” tulis Michelle Anne Haber di akun Facebook Carnevali.
Sejumlah kajian dilakukan menyusul kondisi darurat yang terjadi pada
Senin malam (21/11), termasuk kajian yang dilakukan oleh Pemerintah
Negara Bagian Victoria. Menteri Kesehatan Victoria, Jill Hennessy,
mengatakan, pemerintah Victoria juga akan mempelajari penanganan secara
keseluruhan dari peristiwa ini untuk memastikan negara bagian-nya dapat
mengatasi insiden serupa di masa depan.
Sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/badai-asma-tewaskan-4-warga-di-melbourne/805229
Dikutip dari : republik.co.id
0 Comments