![]() |
Ilustrasi Penanggulangan Perompakan di Laut |
Yagobing (Peristiwa) :
The Eastern Sabah Security Command atau
Komando Pengamanan Timur Sabah (Esscomm) mengonfirmasi terjadinya
penculikan dua nelayan asal Indonesia. Mereka diculik di Lahad Datu,
Sabtu, 19 November 2016.
Kepala Escomm Datuk Wan Abdul Bari Wan
Abdul Khalid mengatakan, insiden tersebut terjadi pada sekitar pukul
07.30 waktu setempat, saat sejumlah nelayan sedang melaut di wilayah
Merabung.
"Sebuah kapal penangkap ikan dengan 13
orang di dalamnya berada di area tersebut sejak sekitar pukul 06.30
pagi. Lalu satu jam kemudian, sebuah kapal dengan lima pria bertopeng
dan membawa senjata laras panjang mendekati kapal tersebut," cerita
Abdul Bari, seperti dikutip dari New Strait Times, Minggu, 20 November 2016.
"Orang-orang bertopeng itu lalu menyerbu
kapal, dan menghancurkan sistem komunikasi kapal tersebut. Mereka juga
merampas seluruh ponsel dan uang milik kru kapal," ujarnya menambahkan.
Para pria bersenjata itu lalu membawa dua
pria kru kapal yang berusia 43 tahun dan 36 tahun. Mereka melarikan
diri ke perairan internasional. Sekitar satu jam kemudian, awak kapal
yang dirampok berhasil mendekati kapal nelayan lain dan meminta
pertolongan.
"Salah seorang kru mengontak temannya, yang kemudian memberikan informasi kepada Esscom," ujarnya menambahkan.
Sehari sebelum kejadian Wan Abdul mengonfirmasi, pihak berwenang Filipina memberitahu mereka tentang speedboat yang
mereka kejar dekat perairan Tawi-Tawi di kepulauan Tagana, sebelah
selatan Filipina. Pulau tersebut berlokasi sangat dekat dengan Sandakan,
yaitu sekitar 27 kilometer.
"Kami sudah diberitahu, namun tak bisa mengonfirmasi, apakah speedboat tersebut yang terlibat dalam penculikan dua pelaut WNI tersebut.”
Sementara itu Kementerian Luar Negeri
Indonesia membenarkan kabar penculikan tersebut. Juru bicara Kemenlu
Arrmanatha Nasir mengatakan Kemenlu sudah menerima informasi tersebut.
"Iya betul, kita sudah mendapatkan
informasi tersebut tadi malam sekitar pukul 21.00 WIB dari sumber kita
di Sabah. Konsulat RI Tawau pagi ini sudah mengirimkan tim ke Kunak
untuk mendapatkan informasi lebih lanjut," ujar Arrmanatha Nassir saat
dikonfirmasi pada Minggu, 20 November 2016.
Setahun terakhir, angka penculikan pelaut
di perairan Sabah meningkat pesat. Penculikan terakhir terjadi pada 5
November, dimana kelompok bersenjata menculik nelayan WNI dari kapalnya.
Pada 18 Juli lima WN Malaysia juga menjadi korban penculikan di
perairan Lahad Datu. Mereka ditahan kelompok Abu Sayyaf yang meminta
tebusan.
Menteri Luar Negeri dan Pertahanan dari
Indonesia, Malaysia dan Filipina sudah bertemu dan membahas soal
penculikan. Ketiga negara sepakat bekerjasama. Presiden Filipina Rodrigo
Duterte juga sudah memberikan izin pada pihak berwenang dari Indonesia
dan Filipina untuk tetap mengejar penculik yang memasuki perairan
Filipina.
Sumber Berita : viva.co.id
0 Comments